Read More

Pakaian Taqwa Orang Beriman

 


Saat kita membaca Al-Qur’an, seringkali kita mendapati metafor di dalamnya yang memberikan sebuah kesan bahwa hal yang melingkupi diri umat Islam itu semuanya harus baik. Sesungguhnya menjadi manusia pun cukup menjadi seseorang lebih baik apalagi jika dia beriman.

Secara fisikal ada jubah yang kita kenakan, pada umumnya semua orang tidak ingin menggunakan pakaian kecuali yang sifatnya baik. Selain menutup auratnya, juga ada yang ingin ia tampilkan.

Pakaian akal adalah ilmu dan pengetahuan, dengan keduanya lah akal mendapatkan peran dan hiasannya. Semakin tinggi dan semakin luas pengetahuannya, maka semakin terlihat keagungannya. Iman pun juga punya pakaiannya, yaitu jiwa taqwa. Karena itu Al-Qur’an memberikan kesan yang sangat mendalam, seperti yang bisa kita dapatkan bila kita membaca ayat Allah subhanahu wa ta’ala yang berbunyi :

يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْاٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ

Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat. (QS. Al-A’rāf: 26)

Ayat di atas memberikan gambaran yang sangat istimewa dan terjawab apa yang ingin kita utarakan tentang kisahnya Nabi Adam ‘alahis salam , sampai Allah subhanahu wa ta’ala menyampaikan bahwa jika ada orang ingin mencari pakaian, maka pakaian yang pantas untuk ruh kita adalah jiwa taqwa. Karena pakaian ruh itu hiasannya bisa mempengaruhi kepada akal sampai kepada fisik.

Sedangkan pakaian fisik tidak akan tembus. Jangankan kepada ruh, kepada akal pun belum tentu untuk bisa tembus. Pakaian kita mungkin terlihat sederhana, tapi akalnya bisa jadi lebih istimewa pakaiannya.

Tapi ruh berbeda, ketika pakaiannya bagus, taqwanya bagus, maka dia akan memancarkan keindahan kepada akal sekaligus kemuliaan kepada sikap. Karena itulah disebut dengan “wa libasut taqwa dzalikal khoir”.

Jikalau ada  orang yang mengoleksi banyak pakaian dengan model yang macam-macam, tetaplah pakaian taqwa itu lebih unggul. Sekaligus bajunya bagus, tampilannya indah, namun sikapnya tidak mulia maka rendah dalam pandangan manusia apalagi dalam pandangan Allah subhanahu wa ta’ala.

Kita bisa perhatikan, orang yang dengan pakaian mahalnya, koleksi-koleksi yang istimewa, tapi perilakunya buruk, maka itulah cerminan dari pakaian hatinya. Sehingga yang demikian itu tidak akan mendapatkan respect dari manusia di sekitarannya.

Pakaian taqwa ini adalah bekal dalam seluruh aspek interaksi kehidupan kita. Interaksi kita dengan Allah bersifat penghambaan itu pun menggunakan pakaian taqwa. Karena itu pancarannya ketika khusyuk dalam shalat saja ada dalam perilaku fisikal kita, coba kita perhatikan firman Allah subhanahu wa ta’ala :

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaian  terbaikmu pada setiap (memasuki) masjid. (QS. Al-A’rāf: 31)

Pancaran dari dalam jiwa taqwa saat dipanggil sudah ada getaran yang merespon memenuhi panggilan tersebut yang menandakan jiwa taqwanya aktif. Lalu diekspresikan, ditembuskan kepada akalnya untuk siap-siap, kepada fisiknya berwudhu dengan sempurna dan mengenakan pakaian yang bagus. Itulah berakhlak dan bersikap kepada Allah dengan jiwa taqwa.

Demikian juga bergaul dengan manusia pun kita perlu mengenakan pakaian taqwa juga, bagian terluarnya dieksprisikan, kemudian mendapatkan pancaran dan sinyal-sinyal dari dalamnya. Karena ketika bergaul dengan lingkungan pun taqwa lah yang harus didahulukan. Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan hal ini dalam firman-Nya :

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. (QS. Al-Hujurāt: 13)

Allah menciptakan manusia ada yang lelaki dan ada yang perempuan, dan menjadikan mereka berbeda ruang bahkan berbeda tempat yang tujuannya adalah untuk membangun harmoni, saling mengenal bukan saling melukai, bekerjasama dan seterusnya. Maka dalam interaksi itu yang akan paling mulia dalam pandangan Allah adalah yang paling bisa menampilkan kemuliaan yang lebih. Dan itu bisa diraih hanya dengan peningkatan taqwa.

Jadi, sesungguhnya peningkatan taqwa itu memberikan dampak langsung kepada interaksi sosial kita dalam konteks kemanusiaan.

 

 Oleh : Azzam Akhukum Fillah

No comments