Khutbah Jum’at : Etika Islam Dalam Menyikapi Berita Hoaks
( Oleh : Santri
Darsya )
Link download naskah khutbah berikut ada di akhir artikel ini
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا،
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ
نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الْكَرِيْمِ، بَعْدَ أَنْ أَعُوْذَ بِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ
حَقَّ تُقٰىتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ، وَقَالَ
أَيْضًا :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ
خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ
تَسَاۤءَلُوْنَ بِهِ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا،
وَقَالَ أَيْضًا :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ
فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ
فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
Ma’asyirol muslimin, jama’ah jum’at yang dirahmati Allah
SWT
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memperkenankan kita untuk menikmati segala kenikmatan-Nya yang tak terhingga
hingga kita dapat melangkahkan kaki menjalankan perintah ibadah jum’at secara
berjama’ah dalam keadaan sehat wal ‘afiyat.
Kemudian sholawat serta salam, marilah kita haturkan kepada
junjungan kita, suriteladan terbaik sepanjang zaman, yaitu nabiyullah Muhammad
SAW yang kita nantikan syafa’at beliau di akhirat kelak. Semoga sholawat dan
salam tercurah pula kepada keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in,
serta orang-orang yang senantiasa mengikuti ajaran beliau sampai hari kiamat
nanti.
Ma’asyirol muslimin, tamu undangan Allah yang berbahagia
Untuk mengawali khutbah kali ini, dan pada kesempatan yang
mulia ini, khotib berpesan kepada diri pribadi dan para jama’ah sekalian, untuk
senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Karena dengan bekal seperti itu, kita bisa meraih keberkahan dan keselamatan di
dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman :
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ
التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
“Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal
sehat!” (QS. Al-Baqarah: 197)
Jama’ah jum’at yang dirohmati Allah SWT
Dalam keseharian kita, sudah sangat mungkin kita selalu
mendapatkan berita, informasi di lingkungan sekitar, atau melalui sarana media
yang kita punya. Karena berita memainkan peran yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, menjadi sumber informasi yang membantu kita memahami
peristiwa di sekitar dan membuat keputusan yang tepat. Namun, di tengah
derasnya arus informasi, kita perlu berhati-hati dalam menyerap berita,
terutama yang belum jelas kebenarannya.
Dalam era digital saat ini, di mana berita dapat dengan
mudah disebarkan melalui media sosial, risiko terjebak dalam informasi yang
salah atau menyesatkan semakin tinggi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
selalu melakukan verifikasi sebelum mempercayai atau membagikan berita
tersebut. Dengan bersikap kritis dan selektif, kita tidak hanya melindungi diri
kita sendiri dari dampak negatif informasi yang tidak akurat, tetapi juga
berkontribusi pada terciptanya lingkungan informasi yang lebih sehat dan
bertanggung jawab. Mengenai hal ini Allah SWT berfirman :
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ
تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik
datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya
kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurāt: 6)
Ayat ini juga sama menerangkan adab yang harus diperhatikan
oleh orang-orang yang berakal, yaitu apabila ada orang fasik yang
memberitahukan kepada mereka suatu berita, maka hendaknya mereka menelitinya
dan tidak langsung menerima beritanya, karena jika demikian terdapat bahaya
yang besar dan terjatuh ke dalam dosa. Hal itu karena jika berita orang fasik
menempati posisi berita orang yang yang benar lagi adil sehingga dibenarkan dan
dilanjutkan konsekwensinya tentu akan menimbulkan bahaya, seperti binasanya
jiwa dan harta tanpa alasan yang benar sehingga membuat seseorang menyesal.
Oleh karena itu, yang wajib dalam menerima berita orang
fasik adalah tatsabbut (meneliti), jika ada dalil dan qarinah (tanda) yang
menunjukkan kebenarannya, maka diberlakukan dan dibenarkan. Tetapi jika dalil
dan qarinah menunjukkan kedustaannya, maka didustakan dan tidak diberlakukan.
Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa berita orang yang jujur adalah diterima dan
bahwa berita orang yang berdusta adalah ditolak, sedangkan berita orang fasik,
maka tergantung dalil dan qarinah. Oleh karena itulah, kaum salaf sampai
menerima banyak riwayat dari orang-orang Khawarij yang terkenal kejujurannya
meskipun fasik. (Abdurrahman As-Sa’di, Taisir
Al-Karim Ar-Rahman, hlm. 799)
Kaum muslimin rahimakumullah
Di era informasi dan media sosial yang serba cepat ini,
tantangan yang dihadapi semakin kompleks, terutama dengan maraknya penyebaran
informasi yang tidak akurat atau palsu. Banyaknya platform yang memungkinkan
siapa saja untuk berbagi berita membuat masyarakat kesulitan membedakan antara
fakta dan hoaks, yang dapat menimbulkan ketidakpercayaan terhadap media dan
informasi yang valid. Selain itu, media sosial sering menciptakan polarisasi
opini, di mana pengguna terjebak dalam "echo chamber" yang menghambat
dialog konstruktif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengembangkan
literasi media yang baik, agar dapat menyaring informasi dengan bijak dan
berkontribusi pada diskusi yang sehat, sehingga kita dapat melindungi diri dari
informasi menyesatkan dan menciptakan lingkungan informasi yang lebih positif
dan inklusif.
Nabi kita Muhammad SAW melarang kita dari bermudah-mudahan
menyebarkan informasi yang baru saja kita dengar tanpa kroscek terlebih dahulu.
Beliau bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ
مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang itu sebagai pendusta (pembohong), ketika
dia menceritakan semua (berita) yang dia dengar.” (HR. Muslim dalam Muqaddimah
Shahih Muslim no. 5)
Dalam riwayat Abu Dawud disebutkan dengan lafaz,
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ
مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang (dikatakan) berdosa jika dia
menyampaikan seluruh yang dia dengar.” (HR. Abu Dawud no. 4992)
Imam Malik rahimahullah juga mengatakan :
“Ketahuilah bahwa tidak ada orang yang aman dan selamat jika
menceritakan semua yang dia dengar. Dan tidak akan mungkin seseorang menjadi
pemimpin jika ia terus menceritakan apa yang dia dengar.” (Syarh Shahih Muslim)
Etika Islam menawarkan panduan yang jelas dan mendalam dalam
menyikapi berita yang belum terverifikasi, menekankan pentingnya kebenaran dan
keadilan. Dalam ajaran Islam, setiap individu diharapkan untuk mencari dan
menyebarkan informasi yang akurat, serta menghindari penyebaran berita yang
dapat menimbulkan fitnah atau kebohongan.
Prinsip ini tercermin dalam ajaran Al-Qur'an dan Hadis, yang
mendorong umat Muslim untuk tidak hanya menerima informasi secara mentah,
tetapi juga melakukan verifikasi sebelum membagikannya. Dengan demikian, etika
Islam mengajak kita untuk menjadi konsumen informasi yang kritis, memastikan
bahwa apa yang kita sampaikan kepada orang lain adalah sesuatu yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Jama’ah jum’at rahimakumullah
Dalam kitab Zubdatu At-Tafsir karya Syekh Dr. Muhammad
Sulaiman Al-Asyqar, terdapat penekanan penting mengenai kebenaran: “Pastikanlah
kebenarannya. Termasuk dalam memastikan adalah bersikap tenang tanpa
tergesa-gesa, serta memperhatikan urusan yang terjadi dan berita yang ada,
sehingga kebenarannya dapat terungkap dengan jelas.”
Perlu kita sadari bahwa tergesa-gesa dalam menyebarkan rumor
dan informasi yang belum jelas dapat menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat
kita. Berita dan rumor yang tidak jelas sering kali berujung pada kekacauan dan
perpecahan di antara kaum Muslimin. Banyak hubungan persaudaraan yang terputus
akibat rumor tak berdasar, dan banyak pula pertemanan yang renggang karena
berita simpang siur yang tidak diklarifikasi terlebih dahulu. Sungguh, rumor
dan hoaks adalah sumber malapetaka yang harus kita hindari demi menjaga
keharmonisan di antara kita.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah
Lebih dari sekadar kewajiban moral, etika Islam juga
mengajarkan tentang tanggung jawab sosial dalam berkomunikasi. Dalam konteks
berita yang belum terverifikasi, kita diajarkan untuk bersikap sabar dan tidak
terburu-buru dalam menyebarkan informasi. Hal ini penting untuk mencegah
potensi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh berita yang salah. Allah SWT
mengingatkan kita akan tanggungjawab mengikuti sesuatu yang tidak didasari
kebenarannya dalam firman-Nya :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ
عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْـُٔوْلًا
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu
ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan
diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isrā`: 36)
Dengan mengedepankan nilai-nilai seperti kejujuran,
keadilan, dan tanggung jawab, etika Islam tidak hanya melindungi individu dari
dampak negatif informasi yang salah, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya
masyarakat yang lebih harmonis dan saling menghormati. Dalam dunia yang
dipenuhi dengan informasi yang cepat dan sering kali menyesatkan, panduan etika
ini menjadi semakin relevan dan penting untuk dipegang teguh.
Prinsip-prinsip etika dalam Islam merupakan landasan moral
yang mengatur perilaku individu dan interaksi sosial dalam masyarakat. Salah
satu prinsip utama adalah kejujuran, di mana umat Muslim diajarkan untuk selalu
berkata benar dan menghindari kebohongan, karena kebenaran adalah salah satu
nilai tertinggi dalam ajaran Islam.
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ
يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ
صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى
الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ
الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ
كَذَّابًا
‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran
membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan
apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat
di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta,
karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan
seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih
kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).” (HR.
Al-Bukhâri, no. 6094 dan Muslim no. 2607)
Kaum muslimin, tamu undangan Allah SWT yang berbahagia
Di era digital saat ini, informasi dapat dengan mudah
tersebar luas dalam hitungan detik. Namun, tidak semua informasi yang beredar
adalah benar. Berita hoax atau informasi palsu sering kali menyesatkan dan
dapat menimbulkan kebingungan di masyarakat. Dalam konteks ini, Islam
memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi
berita hoax. Adapun langkah-langkah yang dapat diambil untuk menyikapi berita
hoax dengan bijaksana, berdasarkan ajaran Al-Qur'an dan hadits adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan Tabayyun (Klarifikasi)
Langkah pertama yang sangat penting adalah melakukan
tabayyun, yang berarti mencari kejelasan dan kebenaran dari berita yang
diterima. Dalam Islam, sebelum kita menyebarkan informasi, kita diharuskan
untuk memverifikasi kebenarannya. Misalnya, jika kita mendengar berita yang
meragukan, kita sebaiknya bertanya kepada sumber yang lebih terpercaya atau
melakukan penelitian lebih lanjut. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa
informasi yang kita terima adalah akurat dan tidak menyesatkan.
2. Berpikir Positif
Islam menganjurkan umatnya untuk selalu berpikir positif.
Ketika kita menerima berita yang belum jelas kebenarannya, penting untuk tidak
langsung percaya dan menghindari prasangka buruk. Berpikir positif tidak hanya
membantu kita menjaga ketenangan pikiran, tetapi juga mencegah terjadinya
konflik yang tidak perlu di masyarakat. Dengan sikap ini, kita dapat
menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan saling menghormati.
3. Memilih Sumber Informasi yang Kredibel
Salah satu cara untuk menghindari berita hoax adalah dengan
memilih sumber informasi yang kredibel. Pastikan informasi yang kita terima
berasal dari sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi baik. Sumber yang
kredibel dapat mengurangi risiko terjerumus ke dalam berita hoax. Dalam dunia
yang penuh dengan informasi, kemampuan untuk memilah dan memilih sumber yang
tepat sangatlah penting.
4. Mengedukasi Diri dan Orang Lain
Pendidikan adalah kunci untuk mengenali berita hoax.
Tingkatkan pemahaman kita tentang cara mengenali berita yang tidak benar dan
dampaknya. Selain itu, kita juga dapat mengajak orang lain untuk lebih kritis
dalam menerima informasi. Dengan berbagi pengetahuan, kita dapat membantu
menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya verifikasi informasi.
5. Menahan Diri untuk Tidak Menyebarkan Berita yang Tidak
Pasti
Jika ada keraguan tentang kebenaran suatu berita, lebih baik
menahan diri untuk tidak menyebarkannya. Tindakan ini sangat penting untuk
mencegah penyebaran informasi yang salah dan mengurangi kebingungan di
masyarakat. Dalam Islam, kita diajarkan untuk bertanggung jawab atas setiap
kata yang kita ucapkan dan setiap informasi yang kita bagikan.
6. Menggunakan Media Sosial dengan Bijak
Media sosial adalah alat yang sangat powerful, tetapi juga
bisa menjadi sarana penyebaran berita hoax. Oleh karena itu, kita harus
menggunakan platform media sosial dengan bijak. Sebagai pengguna, kita memiliki
tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang kita bagikan adalah akurat
dan bermanfaat. Dengan cara ini, kita dapat berkontribusi pada penyebaran
informasi yang positif dan benar.
7. Mengikuti Ajaran Al-Qur'an dan Hadis
Akhirnya, selalu merujuk pada ajaran Al-Qur'an dan hadis
dalam menyikapi berita. Al-Qur'an mengajarkan kita untuk bersikap jujur dan
tidak berbohong, serta untuk selalu mencari kebenaran. Dengan mengikuti ajaran
ini, kita dapat membangun karakter yang kuat dan menjadi individu yang
bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بَمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدٰىنَا لِهٰذَاۗ
وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَآ اَنْ هَدٰىنَا اللّٰهُ ۚ ، أَشْهَدُ أَنْ
لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ عَلَى
نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي
بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَحَ هَذِهِ الْأُمَّةَ وَجَاهَدَ
فِي سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, umat Islam dapat
lebih bijaksana dalam menyikapi berita hoax. Dalam dunia yang dipenuhi dengan
informasi, penting bagi kita untuk menjadi konsumen informasi yang cerdas dan
kritis. Dengan cara ini, kita tidak hanya melindungi diri kita sendiri, tetapi
juga berkontribusi pada masyarakat yang lebih sehat dan terinformasi dengan
baik. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang bebas dari berita hoax
dan penuh dengan kebenaran.
Selanjutnya, marilah kita berdo’an kepada Allah SWT agar
senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita, agar senantiasa melindungi kita
dari berita-berita bohong, fitnah dan yang bisa memberikan dampak buruk dan
celaka bagi kita.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا
، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وِالْأَمْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ
وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ
الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،
مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Jika anda menginginkan naskah khutbah di atas dalam format
PDF atau Word, silahkan klik link :
No comments