Mempersiapkan Madrasah Ramadhan: Sebuah Perjalanan Spiritual dan Sosial
Link download ada di akhir artikel.
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا
بِإِدْخَالِ السُرُوْرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ النُّوْرُ
الصَّبُوْرُ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ بِحُسْنِ الْأَخْلَاقِ الْمشْهُوْرُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ.
فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ
الْعَظِيْمِ، بَعْدَ أَنْ أَعُوْذَ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ
حَقَّ تُقٰىتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ، وَقَالَ
أَيْضًا :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ
خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ
تَسَاۤءَلُوْنَ بِهِ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا،
وَقَالَ نَبِيُّنَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ :
اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ، أَمَّا
بَعْدُ:
Ma’asyirol
muslimin rahimaniyallahu wa iyyakum
Setiap hari,
kita dikelilingi oleh berbagai nikmat dan anugerah dari Allah SWT. Dari udara
yang kita hirup, makanan yang kita konsumsi, hingga kesehatan yang kita
nikmati, semua itu adalah karunia yang patut kita syukuri. Dalam Al-Qur'an,
Allah berfirman,
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ
لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7).
Rasa syukur
bukan hanya diucapkan dengan lisan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan
nyata. Dengan bersyukur, kita mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki
adalah titipan dari-Nya, dan kita memiliki tanggung jawab untuk mengelolanya
dengan baik.
Sidang
jama’ah jum’at yang dirahmati Allah SWT
Sebagai umat
Muslim, kita diingatkan untuk selalu berwasiat kepada ketakwaan. Ketakwaan
adalah kunci untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridha-Nya.
Dalam setiap langkah hidup kita, mari kita tanamkan niat untuk selalu taat
kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketika kita hidup dalam ketakwaan,
kita akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki, serta mendapatkan
petunjuk dalam setiap keputusan yang kita ambil.
Oleh karena
itu, di hari yang mulia dan melalui mimbar ini, khatib berwasiat kepada diri
pribadi dan para jama’ah sekalian : untuk senantiasa meningkatkan kualitas
takwa kita kepada Allah SWT, dan menjaga iman kita dari godaan setan dan hasrat
duniawi.
Tak lengkap
rasanya jika kita tidak mengucapkan shalawat dan salam kepada suriteladan
terbaik sepanjang zaman, Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah contoh nyata dalam
mengelola harta dan berinfak di jalan Allah. Dalam setiap tindakan dan
perkataannya, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bagaimana seharusnya kita bersyukur
dan menggunakan harta dengan bijak. Mari kita teladani akhlak dan perilaku
beliau dalam kehidupan sehari-hari, agar kita dapat menjadi pribadi yang lebih
baik.
Ikhwati
fiddin rahimaniyallahu wa iyyakum
Layaknya
seorang anak didik yang akan memasuki sekolah baru, persiapan yang matang
sangat diperlukan untuk menyambut Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan rahmat.
Dalam konteks ini, Ramadhan bukan hanya sekadar waktu untuk menahan lapar dan
dahaga, tetapi juga merupakan madrasah spiritual dan sosial yang mengajarkan
kita banyak hal. Seperti halnya siswa yang mempersiapkan alat tulis, buku, dan
mental untuk belajar, kita pun perlu mempersiapkan diri untuk menyambut bulan
suci ini dengan penuh kesadaran dan niat yang tulus. Mempersiapkan diri untuk
Ramadhan berarti mempersiapkan hati, pikiran, dan tindakan kita agar dapat
meraih manfaat maksimal dari ibadah puasa dan amal baik yang kita lakukan
selama bulan ini.
Hadirin,
jama’ah jum’at rahimaniyallahu wa iyyakum
Salah satu
tujuan utama dari puasa Ramadhan adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada
Allah. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Jama’ah
jum’at rahimaniyallahu wa iyyakum
Ayat ini
menegaskan bahwa tujuan disyari'atkannya puasa adalah untuk menjadikan kita
sebagai alumni orang-orang yang takwa. Takwa adalah kondisi di mana seseorang
senantiasa merasa diawasi oleh Allah dan berusaha untuk menjalani hidup sesuai
dengan petunjuk-Nya. Dalam menjalankan ibadah puasa, seorang Muslim tidak hanya
berfokus pada aspek fisik, yaitu menahan lapar dan dahaga, tetapi juga pada
peningkatan kualitas hubungan dengan Sang Pencipta.
Taqwa di
sini merujuk pada kesadaran dan kepatuhan yang lebih tinggi terhadap perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya. Puasa mengajarkan umat Islam untuk menahan
diri dari segala godaan duniawi, seperti makan, minum, dan hawa nafsu, dengan
tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam proses ini, kita belajar untuk
lebih peka terhadap perintah-Nya dan berusaha untuk menjalani hidup sesuai
dengan petunjuk-Nya. Ketika kita berpuasa, kita tidak hanya menahan diri dari
makanan dan minuman, tetapi juga dari segala bentuk perilaku yang dapat merusak
ketakwaan kita.
Puasa
menjadi momen refleksi diri, di mana individu diajak untuk memperbaiki akhlak
dan meningkatkan ketakwaan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
اَلصَّوْمُ جُنَّةٌ
"Puasa
adalah perisai." [HR Ahmad (5/231), Tirmidzi (2616), dan Ibnu Majah
(3973)]
Hadits ini
menunjukkan bahwa puasa berfungsi sebagai pelindung dari berbagai godaan dan
keburukan. Dengan menahan hawa nafsu, seseorang belajar untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah, memperkuat iman, dan meraih keberkahan yang melimpah. Dalam
konteks ini, puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga
merupakan perjalanan spiritual yang membawa kedamaian dan ketenangan jiwa.
Ma’asyirol
muslimin rahimaniyallahu wa iyyakum
Puasa
Ramadhan juga memiliki tujuan untuk membersihkan jiwa dan menghilangkan
sifat-sifat buruk, seperti keserakahan, kemarahan, dan kebencian. Dengan
menahan diri dari makanan dan minuman, serta menjauhi perbuatan dosa, seseorang
diharapkan dapat menyucikan hatinya dan memperbaiki perilaku.
Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya' Ulum al-Din menjelaskan bahwa puasa
berfungsi untuk menyucikan hati dari godaan dunia dan mengembalikan hati kepada
Allah. Proses pembersihan jiwa ini sangat penting, karena hati yang bersih akan
lebih mudah menerima petunjuk dan hidayah dari Allah. Dalam konteks ini, puasa
menjadi sarana untuk menghilangkan sifat-sifat tercela dan menggantinya dengan
akhlak yang mulia. Dengan demikian, Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk
merenungkan diri dan memperbaiki akhlak kita, sehingga kita dapat menjadi
pribadi yang lebih baik.
Hadirin,
tamu undangan Allah yang berbahagia
Puasa adalah
ujian kesabaran dalam menghadapi rasa lapar dan haus, serta menahan diri dari
perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dengan berpuasa, umat Islam
diajarkan untuk mengendalikan hawa nafsu dan tidak tergoda oleh kenikmatan
dunia yang sementara.
Kesabaran
ini bukan hanya dalam aspek fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Menahan
diri dari godaan membantu individu untuk lebih sabar dalam menghadapi ujian
hidup. Puasa menjadi sarana untuk melatih diri agar lebih kuat dan tangguh
dalam menghadapi berbagai tantangan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ
"Sabar
itu adalah cahaya." (HR. Muslim)
Hadits ini
menunjukkan bahwa kesabaran adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan dan
keberhasilan dalam hidup. Dengan berpuasa, kita belajar untuk lebih sabar dan
tidak mudah putus asa, serta lebih mampu menghadapi berbagai ujian yang datang
dalam kehidupan sehari-hari.
Jama’ah
jum’at rahimaniyallahu wa iyyakum
Puasa
mengingatkan umat Islam untuk merasakan penderitaan orang miskin yang sering
kali kekurangan makanan. Ini bertujuan untuk membangkitkan rasa empati dan
kepedulian terhadap mereka yang kurang beruntung.
Imam
Al-Qurtubi menjelaskan bahwa puasa memiliki dimensi sosial yang penting, yakni
untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama, dengan cara berbagi kepada yang
membutuhkan, seperti dengan memberi zakat fitrah atau melakukan amal kebaikan
lainnya. Dalam bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk lebih aktif dalam
melakukan amal dan berbagi, sehingga tercipta solidaritas di antara sesama.
Dengan berbagi, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memperkuat
ikatan sosial di tengah masyarakat.
Rasulullah
SAW juga bersabda:
الْمُؤْمِنِ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَثُّدُّ
بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang
mukmin dengan mukmin lainnya adalah bagaikan bangunan yang saling menguatkan
antara satu dengan lainnya” (HR Al-Bukhari no. 2314 dan Muslim)
Hadits ini menekankan
pentingnya kepedulian sosial dalam Islam, dan puasa menjadi momen yang tepat
untuk meningkatkan rasa empati kita terhadap sesama.
Ma’asyirol
muslimin rahimaniyallahu wa iyyakum
Secara
ilmiah, puasa juga memiliki manfaat kesehatan, seperti membersihkan tubuh dari
racun dan memberikan kesempatan untuk istirahat pencernaan. Meskipun ini bukan
tujuan utama syari'ah, banyak ulama yang melihat bahwa kesehatan tubuh yang
dihasilkan dari puasa Ramadhan merupakan salah satu bentuk rahmat Allah untuk
umat-Nya.
Dalam
konteks ini, puasa dapat dianggap sebagai metode detoksifikasi alami yang
membantu tubuh untuk berfungsi lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa puasa
dapat meningkatkan metabolisme dan memperbaiki kesehatan jantung. Dengan pola
makan yang teratur dan seimbang saat berbuka dan sahur, umat Islam dapat
merasakan peningkatan kesehatan fisik yang signifikan.
Selain itu,
puasa juga memberikan dampak positif pada kesehatan mental. Dengan menahan diri
dari berbagai godaan, individu dapat merasakan ketenangan dan kedamaian batin.
Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan emosi dan mental, sehingga kita
dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih baik.
Hadirin,
tamu undangan Allah yang berbahagia
Pelaksanaan
puasa adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan merupakan bagian dari
penyempurnaan ibadah yang mengarah kepada pengampunan dosa. Dalam sebuah
hadits, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya
yang telah lalu akan diampuni.” (HR.
Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Hadits ini
menunjukkan betapa besar pahala yang dijanjikan bagi mereka yang menjalankan
ibadah puasa dengan ikhlas. Dengan berpuasa, kita tidak hanya menjalankan
kewajiban, tetapi juga berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih
pengampunan-Nya.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ،
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،
فَاسْتَغْفِرُوهُ. إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ
لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا،
فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Jama’ah
jum’at rahimaniyallahu wa iyyakum
Mempersiapkan
madrasah Ramadhan adalah langkah penting untuk meraih manfaat maksimal dari
bulan suci ini. Dengan meningkatkan ketakwaan, membersihkan jiwa, mengasah
empati, dan menjaga kesehatan, kita dapat menjalani Ramadhan dengan lebih
bermakna. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga
merupakan proses pembelajaran yang mendalam tentang kesabaran, kepedulian, dan
penyempurnaan ibadah. Semoga kita semua dapat memanfaatkan bulan Ramadhan ini
dengan sebaik-baiknya dan menjadi pribadi yang lebih baik.
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ
“إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا”.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ
وَالكَسَلِ ، والبُخْلِ والهَرَمِ ، وَعَذَابِ القَبْرِ ، اللَّهُمَّ آتِ
نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا ، وَزَكِّها أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا ، أَنْتَ
وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا
يَنْفَعُ؛ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ؛ وَمِنْ
دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ
وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ، اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ
زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ
سَخَطِكَ، يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالجَنَّةَ
وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ، اللَّهُمَّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي
الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ ، رَبَنَا
ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النّارِ.
عِبَادَ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ
اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ
Untuk mendownload artikel khutbah jum'at di atas, silakan klik : ok
No comments