Read More

Masjidil Aqsa: Warisan Umat Islam, Amanah Sepanjang Zaman


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَكْرَمَنَا بِالْإِسْلَامِ، وَجَعَلَنَا مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِ الأَنَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَوَاتُ رَبِّنَا وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ

 

Ma’āsyiral muslimīn rahimakumullāh,
Ketika kita berbicara tentang Palestina, tidak mungkin kita melupakan satu bangunan suci yang berdiri megah di tanah penuh berkah itu — Masjidil Aqsa. Ia bukanlah sekadar bangunan batu dan kubah. Ia adalah warisan sejarah kenabian, tempat suci yang Allah sebut dalam Al-Qur’an, saksi perjalanan para nabi, dan bagian dari identitas iman kita.

Rasulullah menegaskan:

لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ: الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِي هَذَا، وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى


"Tidak boleh mengencangkan pelana (untuk perjalanan ibadah) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsa."
(HR. Al-Bukhārī, no. 1189; Muslim, no. 1397)

Hadis ini bukan hanya menunjukkan kemuliaan Masjidil Aqsa, tetapi juga menyiratkan bahwa mengunjunginya adalah ibadah besar yang mendekatkan kita kepada Allah. Di sanalah para nabi menegakkan shalat. Di sanalah Rasulullah memimpin seluruh nabi pada malam Isra’, sebelum beliau dimi‘rajkan ke langit. Sebuah momen yang mengisyaratkan bahwa semua risalah kenabian bertemu di satu titik: mengesakan Allah dan menegakkan kebenaran.

Jama’ah yang dimuliakan Allah,
Masjidil Aqsa bukan milik bangsa Palestina saja. Ia adalah milik seluruh umat Islam, dari timur hingga barat, dari generasi ke generasi. Membela Masjidil Aqsa berarti menjaga salah satu pilar peradaban Islam. Dan setiap umat Islam, tanpa terkecuali, memikul amanah itu.

Di saat kita merayakan 80 tahun kemerdekaan Indonesia, rasa syukur kita tidak boleh hanya berhenti pada pesta, pawai, dan lagu kemerdekaan. Syukur sejati adalah menjadikan kebebasan ini sebagai kekuatan untuk membela mereka yang masih terjajah. Sebagaimana bangsa kita dulu bersumpah untuk menentang penjajahan dalam bentuk apapun, maka kita pun wajib memegang teguh sumpah itu demi Palestina dan Masjidil Aqsa.

Jangan sampai kemerdekaan membuat kita lalai. Jangan sampai kenyamanan membuat kita acuh. Sebab, sebagaimana Masjidil Aqsa adalah milik kita bersama, amanah menjaganya pun adalah tanggung jawab kita semua — hingga Allah mengizinkan tanah suci itu kembali merdeka.

اَللّٰهُمَّ حَرِّرِ الْمَسْجِدَ الأَقْصَى مِنْ أَيْدِي الْمُحْتَلِّينَ، وَانْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فِلَسْطِيْنَ، وَكُنْ لَهُمْ عَوْنًا وَنَصِيْرًا. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الَّذِينَ يَحْمِلُونَ أَمَانَةَ هَذَا الدِّيْنِ وَيَنْصُرُونَ أَوْطَانَ الْمُسْلِمِيْنَ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، وَصَلِّ اللّٰهُمَّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 

No comments