Nasionalisme = Menjunjung Simbol dan Nilai Negara
الحمدُ للهِ
الَّذِي أَمَرَنَا بِالوَفَاءِ وَحَثَّنَا عَلَى حِفْظِ الأَمَانَاتِ، وَنَهَانَا
عَنِ الخِيَانَةِ وَالإِفْسَادِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ،
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، أَمَّا بَعْدُ.
Ma‘āsyiral
Muslimīn rahimakumullāh,
Nasionalisme
tidak hanya sebatas ucapan “cinta tanah air”, tetapi juga terlihat dari sikap
nyata dalam menghormati simbol dan nilai negara. Bendera, lambang negara, dan
bahasa persatuan bukanlah sekadar kain, gambar, atau kata-kata—melainkan
representasi dari sejarah, perjuangan, dan pengorbanan para pendahulu kita.
Rasulullah ﷺ memberikan teladan cinta tanah kelahiran. Saat beliau harus
meninggalkan Makkah karena tekanan kaum kafir Quraisy, beliau berdiri
menatapnya dengan penuh haru dan bersabda:
وَاللَّهِ
إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا
أَنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ
"Demi
Allah, engkau (wahai Makkah) adalah negeri terbaik di sisi Allah dan negeri
yang paling aku cintai. Seandainya aku tidak diusir darimu, niscaya aku tidak
akan keluar."
(HR. Ibnu Mājah, no. 3108)
Bahkan
ketika tiba di Madinah, beliau tidak lupa berdoa:
اللَّهُمَّ
حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
"Ya
Allah, cintakanlah kami kepada Madinah sebagaimana Engkau mencintakan kami
kepada Makkah atau lebih dari itu."
(Muttafaqun ‘alaih: HR. al-Bukhārī, no. 1889; Muslim,
no. 1376)
Jama‘ah yang
dirahmati Allah,
Dari sini
kita belajar bahwa menghormati simbol dan nilai negara adalah bagian dari iman
dan akhlak mulia. Di zaman ini, bentuknya antara lain menjaga kehormatan
bendera, menghormati lagu kebangsaan, menjaga bahasa persatuan, dan menghindari
ujaran yang memecah belah bangsa.
Di tengah
derasnya arus informasi, kita diuji: Apakah kita akan menjadi penyebar fitnah
dan kebencian yang merusak persatuan, ataukah kita akan menjadi penjaga
nilai-nilai luhur bangsa? Menghormati simbol negara berarti menjaga ruh
persatuan. Tanpa rasa hormat ini, bangsa akan mudah retak bahkan sebelum
diserang musuh dari luar.
أَقُولُ قَوْلِي
هٰذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ المُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ
ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ.
اللَّهُمَّ
اجْعَلْ بِلَادَنَا بَلَدًا آمِنًا مُطْمَئِنًّا سَخَّاءً رَخَاءً، وَاحْفَظْهَا
مِنْ كُلِّ شَرٍّ وَفِتْنَةٍ، وَوَفِّقْ وُلَاةَ أُمُورِنَا لِلْعَدْلِ
وَالإِحْسَانِ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَنَا عَلَى الحَقِّ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ
رَبِّ العَالَمِينَ.
No comments