Keteladanan Generasi Muda Muslim di Era Digital
Download Naskah Khutbah Jum'at
Khutbah
Pertama
اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا
بِنِعْمَةِ الْإِسْلَامِ وَالْإِيْمَانِ، وَهَدَانَا إِلَى صِرَاطِهِ
الْمُسْتَقِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَمَّا بَعْدُ, فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ.
اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
Ma’āsyiral muslimīn rahimakumullāh,
Alhamdulillāh, segala puji hanya milik Allah ﷻ, Rabb semesta alam, yang
dengan nikmat dan karunia-Nya kita masih diberi kesehatan, kesempatan, dan
kekuatan iman sehingga dapat berkumpul di rumah-Nya yang mulia pada hari Jumat
yang penuh keberkahan ini. Dialah yang telah melimpahkan kepada kita berbagai
nikmat lahir maupun batin, yang takkan mampu kita hitung jumlahnya. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan sepanjang masa,
beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Ma’āsyiral muslimīn rahimakumullāh,
Marilah kita senantiasa menumbuhkan dan
meningkatkan ketakwaan kepada Allah ﷻ
dalam setiap keadaan. Sebab, hanya dengan ketakwaanlah seorang hamba akan
meraih keselamatan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Ketakwaan adalah
bekal utama dalam perjalanan hidup yang penuh ujian ini. Dunia ibarat sebuah
perjalanan panjang, dan manusia adalah musafir yang sedang menapakinya. Tanpa
bekal yang cukup, perjalanan akan terasa berat, bahkan bisa berakhir dengan
kebinasaan.
Allah ﷻ mengingatkan kita dalam firman-Nya:
﴿ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ
وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلۡأَلۡبَٰبِ ﴾
"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal."
(QS. al-Baqarah [2]: 197)
Ayat ini memberikan
isyarat yang mendalam: sehebat apa pun harta, kedudukan, dan popularitas
seseorang, semua itu tidak akan menjadi bekal yang menyelamatkan di hadapan
Allah. Yang akan benar-benar menolong kita adalah ketakwaan, yakni menjalankan
perintah Allah dengan penuh ketaatan dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh
kesadaran. Maka, siapa pun yang menginginkan perjalanan hidupnya berakhir
dengan husnul khātimah, hendaklah ia menjadikan takwa sebagai kompas dan
perbekalan utama dalam setiap langkahnya.
Kedudukan Generasi Muda dalam Islam
Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Generasi muda adalah aset paling berharga bagi umat Islam. Di tangan merekalah
estafet perjuangan dakwah akan diteruskan, dan di pundak merekalah peradaban
Islam akan ditegakkan kembali. Kekuatan fisik, semangat yang membara, serta
idealisme yang tinggi menjadikan pemuda sebagai tumpuan harapan bagi masa depan
umat. Karena itu, membina dan meneladani generasi muda merupakan salah satu
kewajiban yang sangat penting dalam Islam.
Al-Qur’an memberikan teladan mulia tentang peran
pemuda beriman dalam kisah Ashhābul Kahfi.
Allah ﷻ berfirman:
﴿
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَٰهُمْ هُدًى ﴾
"Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda
yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk."
(QS. al-Kahfi: 13)
Ayat ini menegaskan bahwa keteguhan iman para
pemuda mampu mengalahkan derasnya arus kebatilan di zamannya. Keberanian mereka
meninggalkan kenyamanan dunia demi menjaga akidah menjadi pelajaran penting
bagi generasi muda muslim masa kini yang hidup di tengah arus digitalisasi,
godaan hedonisme, dan budaya materialisme.
Rasulullāh ﷺ
pun menekankan keutamaan pemuda yang istiqamah di atas ketaatan. Dalam sebuah
hadis sahih beliau bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا
ظِلُّهُ... وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ
"Tujuh golongan yang Allah naungi di
bawah naungan-Nya pada hari tiada naungan selain naungan-Nya… salah satunya
adalah pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah."
(HR. al-Bukhārī, no. 6806; Muslim, no. 1031)
Betapa agung kedudukan seorang pemuda yang
membiasakan dirinya dengan ibadah. Di saat banyak anak muda terjerumus dalam
kelalaian, ia justru mengikat hatinya dengan ketaatan. Inilah bentuk
keteladanan yang layak ditiru dan diwariskan.
Ibnul Qayyim rahimahullah menegaskan
hakikat pentingnya pembinaan sejak dini. Beliau berkata:
إِنَّمَا يَنْشَأُ الْفَتَى عَلَى مَا عَوَّدَهُ أَبَوَاهُ
"Sesungguhnya seorang pemuda tumbuh
berdasarkan kebiasaan yang diajarkan oleh kedua orang tuanya."
(Ibnul Qayyim, Tuhfatul Maulūd, hlm.
229)
Ungkapan ini memberi pesan yang dalam:
lingkungan keluarga, pendidikan, dan kebiasaan sehari-hari memiliki pengaruh
besar terhadap arah kehidupan seorang anak. Jika sejak kecil ia dibiasakan
dengan kebaikan, maka ketika dewasa ia akan menjadi pribadi yang tangguh dan
berpegang teguh pada kebenaran.
Maka, jama’ah yang dirahmati Allah, sudah
seharusnya kita semua berperan aktif dalam membimbing generasi muda. Para orang
tua, guru, dan tokoh masyarakat memiliki kewajiban besar untuk menanamkan nilai
iman, akhlak mulia, dan semangat dakwah kepada mereka. Karena pemuda hari ini
adalah penentu masa depan umat esok hari.
Tantangan Akhlak di Era Digital
Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Kehidupan generasi muda di era digital hari ini penuh dengan tantangan yang
tidak bisa dianggap sepele. Jika dahulu fitnah dan kerusakan akhlak tersebar
dari mulut ke mulut, kini dalam hitungan detik dapat menyebar ke seluruh dunia
hanya melalui sebuah layar kecil di genggaman tangan.
Pertama, derasnya arus informasi tanpa batas
menjadikan sulitnya membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Berita bohong,
opini menyesatkan, dan konten yang merusak begitu mudah mengaburkan pandangan.
Kedua, muncul budaya pamer dan riya’ digital.
Banyak orang terdorong untuk menampilkan setiap aktivitas, bukan karena Allah,
melainkan demi popularitas dan pengakuan semu dari manusia.
Ketiga, media sosial menjadi ladang subur bagi
fitnah, ghibah, dan ujaran kebencian. Kata-kata yang dulu mungkin tertahan di
lisan, kini begitu mudah tertulis lalu menyakiti hati banyak orang.
Keempat, generasi muda menghadapi krisis
identitas. Tren negatif, toxic content,
hingga fenomena cancel culture kerap
membuat mereka bingung dalam menentukan jati diri sebagai seorang muslim.
Kelima, waktu yang seharusnya bernilai amat
berharga justru banyak terbuang sia-sia karena kecanduan gadget, permainan
digital, dan scroll tanpa arah. Padahal setiap detik umur manusia akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Allah ﷻ
telah memperingatkan dalam firman-Nya:
﴿
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ ﴾
"Tidaklah seseorang mengucapkan suatu
perkataan melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu hadir."
(QS. Qāf [50]: 18)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa setiap
tulisan, komentar, status, maupun unggahan di dunia maya tidak akan luput dari
catatan amal. Maka, seorang muslim hendaknya selalu berhati-hati dalam
menggunakan lisan dan jemarinya di era digital ini.
Jama’ah yang dirahmati Allah, jika generasi
muda mampu mengendalikan diri, menjaga akhlak, dan memanfaatkan teknologi untuk
kebaikan, maka media digital justru dapat menjadi sarana dakwah, ilmu, dan amal
shalih. Namun bila mereka lengah, ia bisa menjadi pintu kehancuran akhlak dan
runtuhnya peradaban.
Prinsip Menjaga Akhlak di Dunia Digital
Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Islam adalah agama yang sempurna, mengajarkan akhlak mulia bukan hanya di dunia
nyata, tetapi juga di ruang-ruang virtual tempat manusia kini banyak
menghabiskan waktunya. Rasulullāh ﷺ
telah memberikan pedoman emas yang sangat relevan dengan kehidupan digital
kita. Beliau bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barang siapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam."
(HR. al-Bukhārī, no. 6018; Muslim, no. 47)
Hadis ini bukan hanya berlaku pada ucapan
lisan, tetapi juga mencakup setiap tulisan, komentar, unggahan, dan pesan yang
kita sebarkan melalui dunia digital. Seorang muslim sejati tidak akan
menuliskan sesuatu yang sia-sia, apalagi yang menyakiti, menyesatkan, atau
menebarkan kebencian.
Karena itu, ada beberapa prinsip utama yang
harus dipegang oleh generasi muda muslim dalam menjaga akhlak di era digital.
Pertama, selalu meluruskan niat agar setiap aktivitas online diniatkan ikhlas
karena Allah. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya.”
(HR. al-Bukhārī, no. 1; Muslim, no. 1907). Tanpa niat yang lurus, aktivitas
digital kita akan kehilangan nilai ibadah.
Kedua, mengendalikan lisan dan jari dari
menyebarkan keburukan. Setiap status, komentar, atau pesan yang kita sebarkan
akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Ketiga, menjaga pandangan dan interaksi agar
tidak terjerumus pada hal-hal yang diharamkan. Media digital membuka peluang
luas untuk maksiat, sehingga pengendalian diri adalah benteng yang harus
dijaga.
Keempat, memanfaatkan media sosial sebagai
ladang kebaikan. Generasi muda muslim seharusnya hadir di ruang digital bukan
sebagai pengikut arus negatif, melainkan sebagai penggerak kebaikan dengan
menyebarkan ilmu, dakwah, motivasi, dan inspirasi yang bermanfaat.
Jama’ah yang dimuliakan Allah, bila
prinsip-prinsip ini dijaga, maka dunia digital tidak lagi menjadi ancaman bagi
akhlak, melainkan sarana yang memperluas ladang amal shalih.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا
فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah
Kedua
اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا
بِكِتَابِهِ وَسُنَّةِ نَبِيِّهِ، وَجَعَلَ لَنَا فِي رَسُوْلِهِ أُسْوَةً
حَسَنَةً، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Keteladanan Pemuda Muslim di Era Digital
Ma’āsyiral muslimīn rahimakumullāh,
Generasi muda muslim adalah tumpuan harapan umat. Dalam menghadapi derasnya
arus informasi dan perubahan zaman, mereka membutuhkan teladan yang kokoh.
Allah ﷻ telah menunjukkan kepada kita suri teladan
terbaik, yaitu Nabi Muhammad ﷺ. Allah berfirman:
﴿
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ
يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ﴾
"Sungguh, pada diri Rasulullah itu
terdapat teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat
Allah dan hari akhir serta banyak mengingat Allah."
(QS. al-Aḥzāb [33]: 21)
Sejak awal dakwah Islam, para sahabat muda
tampil sebagai garda terdepan pembela agama. ‘Alī bin Abī Ṭālib raḍiyallāhu
‘anhu telah memeluk Islam di usia belia.
Usāmah bin Zayd raḍiyallāhu ‘anhumā dipercaya
Rasulullah ﷺ memimpin pasukan besar ketika usianya baru
18 tahun. Mus‘ab bin ‘Umair raḍiyallāhu ‘anhu, pemuda kaya
yang rela meninggalkan kemewahan dunia demi perjuangan Islam, menjadi duta
pertama dakwah di Madinah. Mereka adalah bukti nyata bahwa pemuda yang beriman
mampu menorehkan sejarah besar.
Di era digital sekarang, pemuda muslim dapat
meneladani semangat para sahabat dengan cara yang sesuai zamannya. Mereka bisa
menjadikan media sosial sebagai medan dakwah, menyebarkan ilmu, inspirasi, dan
konten kreatif yang mendidik. Dengan satu unggahan yang ikhlas, seorang pemuda
bisa menyentuh ribuan hati, bahkan jutaan jiwa.
Namun, agar hal ini terwujud, diperlukan
strategi yang jelas. Pertama, pemuda muslim harus memiliki filter iman yang kuat. Iman adalah benteng yang menjaga
mereka dari fitnah dan arus negatif dunia digital. Kedua, manajemen waktu
digital harus dijaga. Jangan sampai usia muda yang berharga terkuras habis
hanya untuk hal-hal sia-sia di layar gadget.
Selain itu, orang tua dan guru memegang peran
penting dalam mendidik akhlak generasi muda sejak dini. Mereka bukan hanya
mengajarkan aturan, tetapi juga harus memberi teladan nyata dalam penggunaan
teknologi. Adapun pesantren dan lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung
jawab besar untuk membimbing generasi muda agar tetap berakhlak mulia, baik di
dunia nyata maupun di dunia maya.
Ma’āsyiral muslimīn, bila generasi muda muslim
mampu meneladani Rasulullah ﷺ dan para sahabat,
menjaga iman, mengatur waktunya, serta mendapat bimbingan yang tepat, maka
insyaAllah mereka akan menjadi pilar peradaban Islam yang kokoh, baik di era
digital maupun di masa depan yang akan datang.
Penutup dan Doa
Ma’āsyiral muslimīn rahimakumullāh,
Media sosial pada hakikatnya adalah pedang bermata dua. Ia bisa menjadi ladang
pahala yang mengalir deras apabila digunakan untuk menyebarkan kebaikan, ilmu,
dan dakwah. Namun sebaliknya, ia juga bisa berubah menjadi jalan dosa yang
menjerumuskan bila dipakai untuk maksiat, fitnah, dan keburukan. Karena itu,
mari kita jadikan akhlak mulia sebagai benteng utama dalam menghadapi derasnya
arus digital.
Marilah kita berdoa kepada Allah ﷻ, semoga Dia memberikan kepada kita
keteguhan iman, kejernihan hati, dan kekuatan untuk senantiasa menjaga lisan,
tulisan, dan jemari kita dari hal-hal yang dimurkai-Nya. Semoga Allah
melindungi generasi muda muslim, menjadikan mereka pemimpin yang beriman,
berakhlak mulia, dan mampu membawa umat menuju kejayaan Islam di masa depan.
فَيَاأَيُّهَا
النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا
اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ
اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ
تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ شَبَابَ الْمُسْلِمِيْنَ قُدْوَةً فِي الدِّينِ،
وَحَافِظًا لِلْأَخْلَاقِ، وَمِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ، وَمِغْلَاقًا لِلشَّرِّ.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا وَذُرِّيَّاتِنَا مِنْ أَهْلِ الصَّلَاحِ
وَالْاِسْتِقَامَةِ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ
أَحْسَنَهُ، وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الْمُخْلِصِينَ، وَارْزُقْنَا حُسْنَ
الْخَاتِمَةِ، وَصَلَّى اللَّهُمَّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ.
عِبَادَ اللهِ ، إِنَّ
اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ
وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللّٰهُ
يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
No comments