Kultum Ramadhan: Renungan tentang Keikhlasan dan Konsistensi Ibadah
Silakan klik download untuk mendapatkan artikel berikut:
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terjebak dalam rutinitas yang membuat kita lupa akan tujuan utama kita sebagai seorang Muslim. Hadits yang diriwayatkan dari Hanzholah Al Usayyidiy mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga keikhlasan dan konsistensi dalam beribadah. Dalam hadits tersebut, Hanzholah mengungkapkan perasaannya yang merasa menjadi munafik ketika ia tidak berada di majelis Rasulullah SAW. Ini adalah refleksi yang sangat mendalam tentang bagaimana lingkungan dan suasana hati kita dapat memengaruhi keimanan kita. Hadits tersebut adalah :
عَنْ حَنْظَلَةَ الأُسَيِّدِىِّ قَالَ – وَكَانَ مِنْ كُتَّابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ – لَقِيَنِى أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ كَيْفَ أَنْتَ يَا حَنْظَلَةُ قَالَ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا تَقُولُ قَالَ قُلْتُ نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ فَنَسِينَا كَثِيرًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ فَوَاللَّهِ إِنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هَذَا. فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَمَا ذَاكَ ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَكُونُ عِنْدَكَ تُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِكَ عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ نَسِينَا كَثِيرًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِى وَفِى الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِى طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ». ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Dari Hanzholah Al Usayyidiy -beliau adalah di antara juru tulis Rasulullah SAW-, ia berkata, “Abu Bakr pernah menemuiku, lalu ia berkata padaku, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?” Aku menjawab, “Hanzhalah kini telah jadi munafik.” Abu Bakr berkata, “Subhanallah, apa yang engkau katakan?” Aku menjawab, “Kami jika berada di sisi Rasulullah SAW, kami teringat neraka dan surga sampai-sampai kami seperti melihatnya di hadapan kami. Namun ketika kami keluar dari majelis Rasul SAW dan kami bergaul dengan istri dan anak-anak kami, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa.” Abu Bakr pun menjawab, “Kami pun begitu.”
Kemudian aku dan Abu Bakr pergi menghadap Rasulullah SAW lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, jika kami berada di sisimu, kami akan selalu teringat pada neraka dan surga sampai-sampai seolah-olah surga dan neraka itu benar-benar nyata di depan kami. Namun jika kami meninggalkan majelismu, maka kami tersibukkan dengan istri, anak dan pekerjaan kami, sehingga kami pun banyak lupa.”
Rasulullah SAW lalu bersabda, “Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau kontinu dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidurmu dan di jalan. Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim no. 2750).
Beberapa Renungan dari Hadits Hanzhalah Al Usayyidiy
Pertama: Lingkungan yang Mendorong Ibadah Ketika kita berada di lingkungan yang baik, seperti di majelis ilmu atau saat beribadah bersama, kita merasa dekat dengan Allah dan teringat akan surga dan neraka. Hanzholah merasakan hal ini ketika bersama Rasulullah, di mana ia merasa seolah-olah surga dan neraka ada di depan matanya. Ini menunjukkan betapa pentingnya lingkungan yang mendukung kita untuk beribadah. Kita perlu mencari dan menciptakan lingkungan yang positif agar dapat terus mengingat Allah dalam setiap langkah kita.
Kedua: Keterikatan dengan Urusan Dunia Namun, ketika kita kembali ke kehidupan sehari-hari, terjebak dalam urusan duniawi seperti pekerjaan, keluarga, dan tanggung jawab lainnya, kita sering kali melupakan apa yang telah kita pelajari dan rasakan saat beribadah. Hanzholah dan Abu Bakr mengakui bahwa mereka juga mengalami hal yang sama. Ini adalah tantangan yang harus kita hadapi. Kita perlu menemukan cara untuk mengingat Allah di tengah kesibukan kita, agar tidak terjebak dalam kelalaian.
Ketiga: Pentingnya Kontinuitas dalam Beramal Rasulullah SAW menekankan pentingnya kontinuitas dalam beramal, meskipun dalam kadar yang berbeda. Beliau mengingatkan Hanzholah bahwa seandainya mereka dapat terus beramal seperti saat berada di majelisnya, maka mereka akan mendapatkan kemuliaan dari Allah. Ini mengajarkan kita bahwa tidak perlu melakukan ibadah yang besar setiap saat, tetapi yang terpenting adalah konsistensi dalam beramal, meskipun itu dilakukan sedikit demi sedikit. Setiap amal yang kita lakukan, sekecil apapun, akan dihargai oleh Allah jika dilakukan dengan ikhlas.
Keempat: Mengingat Allah dalam Setiap Aktivitas Kita juga perlu mengingat Allah dalam setiap aktivitas kita, baik itu saat bekerja, berinteraksi dengan keluarga, atau menjalani rutinitas sehari-hari. Dengan cara ini, kita dapat menjaga keikhlasan dan menghindari sifat munafik. Mengingat Allah dalam setiap langkah akan membantu kita tetap fokus pada tujuan hidup kita dan menjauhkan kita dari kelalaian.
Kesimpulan
Hadits Hanzhalah Al Usayyidiy mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keikhlasan dan konsistensi dalam beribadah. Lingkungan yang baik, kesadaran akan urusan dunia, kontinuitas dalam beramal, dan mengingat Allah dalam setiap aktivitas adalah kunci untuk menghindari sifat munafik. Mari kita berusaha untuk selalu mengingat Allah dalam setiap langkah kita, agar kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat kepada-Nya. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam menjalani hidup ini dengan penuh keikhlasan dan konsistensi. Aamiin.
No comments