Read More

Hakikat Ibadah Kurban dan Spirit Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail



Download

Khutbah Pertama

 

اَلْحَمْدُ لِلّهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ.

فَيَاعِبَادَ اللهِ:  أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

وَقَالَ نَبِيُّنَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ، أَمَّا بَعْدُ:

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesempatan untuk terus meningkatkan amal shalih. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan umat beliau yang setia mengikuti jalan kebenaran hingga akhir zaman.

 

Jama’ah Jum’at rahimakumullah,

 

Tidak terasa, kita sedang memasuki bulan-bulan mulia dalam kalender Islam, bulan Dzulhijjah yang agung. Di dalamnya terdapat Hari Raya Idul Adha, hari besar umat Islam yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban. Pada hari itu, kaum Muslimin di seluruh dunia menyembelih hewan ternak sebagai bentuk ibadah dan pengorbanan kepada Allah Ta’ala.

 

Dalam khutbah ini, kita akan merenungi kembali sejarah, hikmah, dan urgensi ibadah kurban, sebagaimana yang telah diwariskan dari kisah pengorbanan besar Nabi Ibrahim dan putranya Ismail ‘alaihimassalam. Kisah ini menjadi fondasi utama pensyariatan ibadah kurban yang hingga hari ini masih dilestarikan dalam syariat Islam.

 

Cikal Bakal Pensyariatan Ibadah Kurban: Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail

 

Sejarah ibadah kurban bermula dari peristiwa monumental yang dialami oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Dalam QS. ash-Shaffat ayat 102, Allah Ta’ala berfirman:

 فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرى فِي الْمَنامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرى قالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ 

"Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (QS. ash-Shaffat [37]:102)

 

Betapa luar biasanya dialog antara seorang ayah dengan anaknya. Dalam situasi yang sangat mengguncang perasaan, justru Nabi Ismail menampakkan keteguhan hati, keberanian, dan keimanan yang luar biasa. Ia tidak menolak perintah Allah, bahkan memberikan dukungan penuh kepada ayahnya untuk melaksanakan perintah tersebut.

 

Nabi Ibrahim pun segera menajamkan pisau dan membaringkan putranya. Namun, ketika hendak disembelih, pisau itu tidak melukai Ismail. Allah menggantinya dengan seekor kambing sebagai bentuk ujian keikhlasan dan ketaatan. Firman Allah berikut menjelaskan peristiwa ini:

وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ ، قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ، إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ 

"Dan Kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikian Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar,'" (QS. ash-Shaffat [37]: 104–107).

 

Makna dan Nilai-Nilai Spiritual dari Ibadah Kurban

 

Jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah,

Peristiwa ini bukan hanya sekadar narasi sejarah. Ia adalah fondasi spiritual dari ibadah kurban yang menjadi bagian dari syariat umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Allah telah memerintahkan kita untuk mengikuti ajaran ini dalam Al-Qur’an:

  اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ 

"Sungguh, Kami telah memberimu, Muhammad, nikmat yang banyak, maka shalatlah untuk Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang yang membencimu adalah orang yang terputus dari rahmat Allah,” (QS. Al-Kautsar [108]: 1–3).

 

Ayat ini menjadi dasar pensyariatan ibadah kurban. Ulama madzhab Syafi’i menjadikannya sebagai sunnah muakkad—sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang mampu secara finansial. Bahkan sebagian ulama lainnya mewajibkan ibadah kurban bagi yang berkecukupan, sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا 

"Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berkurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami,” (HR. Ibnu Majah).

 

Namun demikian, ulama madzhab Syafi’i juga ada yang berpendapat bahwa kurban adalah sunnah kifayah bagi keluarga, artinya cukup satu orang dalam satu keluarga yang melakukannya.

 

Kurban Sebagai Simbol Kepatuhan dan Pembersih Jiwa

 

Ibadah kurban bukan hanya ritual fisik. Ia adalah simbol ketaatan, penyerahan diri total kepada Allah, dan pengorbanan atas segala yang kita cintai demi mendapatkan ridha-Nya. Allah menegaskan dalam QS. al-Hajj ayat 37:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ 

"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu."

 

Ibadah ini juga berfungsi membersihkan sifat-sifat kehewanan dalam diri manusia: keserakahan, kekikiran, egoisme, dan ketidakpedulian sosial. Dengan berkurban, seorang Muslim melatih empati sosial, kepedulian kepada sesama, dan memperindah akhlak dengan sifat-sifat terpuji seperti dermawan, sabar, dan tawakal.

 

Waktu Pelaksanaan dan Pembagian Daging Kurban

 

Pelaksanaan kurban ditentukan mulai dari tanggal 10 Dzulhijjah, yakni saat Hari Raya Idul Adha, hingga tiga hari setelahnya, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, yang disebut dengan Hari-hari Tasyriq.

 

Adapun pembagian daging kurban telah diatur oleh para ulama fiqih. Jika kurban tersebut adalah nadzar, maka dagingnya harus diberikan seluruhnya kepada orang lain dan pengurban beserta keluarganya tidak boleh memakannya. Namun, jika kurban itu sunah, pengurban boleh memakan sebagian dagingnya, bahkan dianjurkan mengambil sedikit bagian hati untuk mencari keberkahan, dan sisanya dibagikan kepada orang miskin dan keluarga.

 

Mengapa Kita Harus Berkurban?

 

Setidaknya ada beberapa alasan penting mengapa kita dianjurkan untuk berkurban:

1.     Meneladani Nabi Ibrahim dan Ismail. Keduanya telah mengukir kisah kepatuhan dan keikhlasan luar biasa.

2.     Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat harta. Allah telah melapangkan rezeki, maka berkurban adalah wujud syukur itu.

3.     Menjalin solidaritas sosial. Daging kurban disebar, dibagi, dan dinikmati bersama, khususnya untuk fakir miskin.

4.     Menyucikan jiwa dari sifat kikir dan tamak. Harta yang kita miliki adalah titipan, dan saatnya berbagi adalah momen pembersih hati.

5.     Meningkatkan ketakwaan. Karena sejatinya yang sampai kepada Allah adalah ketakwaan kita, bukan daging atau darah kurban.

 

Kurban Bukan Beban, Melainkan Keberkahan

 

Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah,

Mari kita jadikan momen Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan kepatuhan kita kepada Allah. Jangan lihat kurban sebagai beban, tapi lihatlah sebagai peluang. Peluang untuk mendekat kepada Allah, peluang untuk membersihkan hati, dan peluang untuk berbagi kepada sesama.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُقْتَدِينَ بِسُنَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَمُحَمَّدٍ، وَارْزُقْنَا قَلْبًا خَالِصًا وَرِزْقًا وَاسِعًا، وَاجْعَلْ قُرْبَانَنَا مَقْبُولًا، وَطَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ الشُّحِّ وَالْكِبْرِ، إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.

 

“Mari bersiap menyambut perintah kurban pada waktunya. Sesungguhnya, dengan berkurban, kita tidak akan pernah rugi.”

 

Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mengambil pelajaran dari kisah Ibrahim dan Ismail. Semoga Allah melimpahkan rezeki yang berkah agar kita dapat berkurban tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. 

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ ،

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ   

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 

No comments